Administrasi, Informasi, Modul, Dan Berbagai Hal Yang Berkaitan Dengan Dunia Pendidikan

Rabu, 25 Oktober 2017

Contoh Cerpen Mini, Cerpen Ideal, Dan Cerpen Panjang Paling Lengkap

Kurikulum-pendidikan1.blogspot.com | Cerpen atau dapat disebut juga dengan cerita pendek merupakan suatu bentuk prosa naratif fiktif. Cerpen cenderung singkat, padat, dan langsung pada tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi lain yang lebih panjang, seperti novella dan novel.

Cerpen merupakan salah satu jenis karya sastra yang memaparkan kisah atau cerita mengenai manusia beserta seluk beluknya lewat tulisan pendek dan singkat. Atau pengertian cerpen yang lainnya yaitu sebuah karangan fiktif yang berisi mengenai kehidupan seseorang ataupun kehidupan yang diceritakan secara ringkas dan singkat yang berfokus pada suatu tokoh saja.

Cerita Pendek atau Cerpen berasal dari anekdot, sebuah situasi yang digambarkan singkat yang dengan cepat tiba pada tujuannya, dengan paralel pada tradisi penceritaan lisan. Cerita pendek biasanya mempunyai kata yang kurang dari 10.000 kata atau kurang dari 10 halaman saja. Selain itu, cerpen atau cerita pendek hanya memberikan sebuah kesan tunggal yang demikian serta memusatkan diri pada salah satu tokoh dan hanya satu situasi saja.

Contoh Cerpen Mini, Cerpen Ideal, Dan Cerpen Panjang Paling Lengkap

Pengertian Cerpen Menurut Para Ahli :

- Sumardjo dan Saini

Menurut Sumardjo dan Saini, Cerpen adalah cerita fiktif atau tidak benar-benar terjadi, tetapi bisa saja terjadi kapanpun serta dimanapun yang mana ceritanya relatif pendek dan singkat.

- Nugroho Notosusanto

Menurut Nugroho Notosusanto, Cerpen atau cerita pendek yaitu sebuah cerita yang panjang ceritanya berkisar 5000 kata atau perkiraan hanya 17 halaman kuarto dengan spasi rangkap serta terpusat pada dirinya sendiri.

- Hendy

Menurut Hendy, Cerpen ialah suatu karangan yang berkisah pendek yang mengandung kisahan tunggal.

- Aoh. K.H

Menurut Aoh. K.H, Cerpen merupakan salah satu karangan fiksi yang biasa disebut juga dengan kisahan prosa pendek.

- J.S. Badudu

Menurut J.S. Badudu, Cerpen merupakan cerita yang hanya menjurus serta terfokus pada satu peristiwa saja.

- H. B. Jassin

Menurut H. B. Jassin, Cerpen ialah sebuah cerita yang singkat yang harus memiliki bagian terpenting yakni perkenalan, pertikaian, serta penyelesaian.

- Menurut KBBI

Cerpen berasal dari dua kata yaitu cerita yang mengandung arti tuturan mengenai bagaimana sesuatu hal terjadi dan relatif pendek berarti kisah yang diceritakan pendek atau tidak lebih dari 10.000 kata yang memberikan sebuah kesan dominan serta memusatkan hanya pada satu tokoh saja dalam cerita pendek tersebut.

Struktur Penulisan Cerpen :

1. Abstrak

Abstrak adalah inti cerita yang dikembangkan menjadi beberapa rangkaian kejadian. Abstrak juga sering disebut sebagai gambaran awal dalam cerita. Ketika membaca sebuah abstrak dalam suatu cerpen, maka kita bisa mendapatkan beberapa gambaran tentang kejadian yang akan terjadi. Abstrak ini bersifat opsional, artinya boleh dipakai, juga boleh tidak digunakan dalam pembuatan cerpen.

2. Orientasi

Orientasi merupakan tahap perkenalan tentang cerpen tersebut. Orientasi sebuah cerpen bertujuan untuk memperkenalkan tokoh utama, suasana, tempat, waktu, dan segala hal lain yang berhubungan dengan cerpen itu. Seringkali tempat, suasana dan waktu dalam sebuah cerpen tidak hanya satu, bisa berbeda-beda sesuai dengan kejadian yang berlangsung.

3. Komplikasi

Komplikasi adalah rangkaian sebab akibat yang berhubungan dengan kejadian-kejadian dalam cerpen tersebut. Komplikasi terjadi karena hubungan antar tokoh yang watak dan karakternya berbeda-beda. Komplikasi ini biasanya merupakan awal permasalah dalam sebuah cerpen.

4. Evaluasi

Evaluasi adalah struktur dari konflik atau kejadian dalam cerita yang mengarah pada klimaks (permasalah) dan kemudian mulai mendapatkan gambaran tentang cara menyelasaikan permasalah tersebut. Evaluasi merupakan struktur yang sangat penting dalam sebuah cerpen karena akan menentukan apakah cerpen ini menarik untuk bagi pembaca atau tidak.

5. Resolusi

Resolusi adalah struktur dimana ditemukan penyelesaian dari permasalah dalam sebuah cerpen. Pada struktur ini tokoh utama dalam cerpen telah menemukan solusi untuk menyelesaikan masalahnya.

6. Koda

Koda adalah pelajaran atau nilai yang dapat diambil dalam cerpen tersebut. Koda juga sering disebut dengan “hikmah” dalam sebuah cerpen. Koda dapat diketahui setelah pembaca selesai membaca cerpen dari permulaan hingga akhir cerita. Seringkali koda merupakan nasehat, pelajaran atau peringatan yang disampaikan penulis kepada pembacanya.

Ciri-Ciri Cerpen :

Berikut Ini Adalah Ciri Ciri Cerpen :
  1. Jumlah kata kurang dari 10.000 kata.
  2. Lebih singkat dari pada novel.
  3. Berisi tentang serita sehari-hari.
  4. Penokohannya sederhana.
  5. Bersifat fiktif.
  6. Hanya punya 1 alur.
  7. Habis dibaca sekali duduk.
  8. Penggunaan kata kata yang mudah dipahami.
  9. Hanya mengangkat beberapa peristiwa dalam hidup tidak seluruhnya.

Ciri-Ciri Kebahasaan Cerpen :

Berikut Ini Adalah Ciri-Ciri Kebahasaan Yang Membangun Cerpen :
  1. Menggunakan penggambaran waktu lampau.
  2. Mencantumkan penyebutan tokoh (nama, kata ganti, julukan, dan sebutan)
  3. Menggunakan kata-kata yang mengilustrasikan latar atau setting.
  4. Memuat kata-kata yang mendeskripsikan pelaku, penampilan fisik, dan kepribadiannya.
  5. Memuat kata-kata yang merujuk pada peristiwa yang dialami pelaku.
  6. Menunjukan sudut pandang pengarang.

Unsur–Unsur Cerpen :

Cerpen memiliki dua unsur yaitu, unsur Intrinsik dan unsur Ekstrinsik :

- Unsur Intrinsik Cerpen

Unsur instrinsik adalah unsur yang membangun karya itu sendiri. Berikut adalah unsur-unsur instrinsik cerpen :

1. Tema

Tema adalah sebuah gagasan pokok yang mendasari dari jalan cerita sebuah cerpen. Tema biasanya dapat langsung terlihat jelas di dalam cerita atay tersurat dan tidak langsung, dimana si pembaca harus teliti dan dapat menyimpulkan sendiri atau tersirat.

2. Alur Atau Plot

Jalan dari sebuah kisah cerita merupakan karya sastra. Secara garis besar, alur merupakan urutan tahapan jalannya cerita, antara lain : perkenalan > muncul konflik atau suatu permasalahan > peningkatan konflik > puncak konflik (klimaks) > penurunan konflik > selesaian.

3. Setting

Setting sangat berkaitan dengan tempat atau latar, waktu, dan suasana dalam cerpen tersebut.

4. Tokoh

Tokoh merupakan pelaku yang terlibat dalam cerita tersebut. Setiap tokoh biasanya mempunyai karakter tersendiri. Dalam sebuah cerita terdapat tokoh protagonis atau tokoh baik dan antagonis atau tokoh jahat serta ada juga tokoh figuran yaitu tokoh pendukung.

5. Penokohan

Penokohan yaitu pemberian sifat pada tokoh atau pelaku dalam cerita tersebut. Sifat yang telah diberikan dapat tercermin dalam pikiran, ucapan, dan pandangan tokoh terhadap sesuatu hal. Metode penokohan ada 2 (dua) macam diantaranya: 
  • Metode Analitik
    Metode Analitik adalah suatu metode penokohan dengan cara memaparkan atau menyebutkan sifat tokoh secara langsung, seperti seperti: pemberani, penakut, pemalu, keras kepala, dan sebagainya.
  • Metode Dramatik
    Metode Dramatik adalah suatu metode penokohan dengan cara memaparkannya secara tidak langsung, yaitu dapat dengan cara : penggambaran fisik (Misalnya cara berpakaian, postur tubuh, dan sebagainya), penggambaran dengan melalui sebuah percakapan atau dialog, reaksi dari tokoh lain (dapat berupa pendapat, sikat, pandangan, dan sebagainya).

6. Sudut Pandang

Adalah cara pandang pengarang dalam memandang suatu peristiwa di dalam cerita. Sudut pandang sendiri ada 4 jenis, yang diantaranya ialah :
  • Sudut Pandang Orang Pertama Pelaku Utama
    Dalam sudut pandang ini, tokoh ”aku” mengisahkan tentang berbagai peristiwa yang terjadi serta tingkah laku yang dialaminya. Tokoh ”aku” akan menjadi pusat perhatian dari kisah cerpen tersebut. Dalam sudut pandang ini, tokoh "aku" digunakan sebagai tokoh utama.

    Contoh :
    Pagi ini cuaca begitu cerah hingga dapat mengubah suasana jiwaku yang penat karena setumpuk tugas yang terbengkelai menjadi teringankan. Namun, sekarang aku harus mulai bangkit dari tidurku dan bergegas untuk mandi karena pagi ini aku harus bekerja keras.
  • Sudut Pandang Orang Pertama Pelaku Sampingan

    Tokoh ”aku” muncul tidak sebagai tokoh utama lagi, melainkan sebagai pelaku tambahan. Tokoh ”aku” hadir dalam jalan cerita hanya untuk membawakan cerita kepada pembaca, sedangkan tokoh cerita yang dikisahkan kemudian ”dibiarkan” untuk dapat mengisahkan sendiri berbagai pengalaman yang dialaminya. 

    Tokoh dari jalan cerita yang dibiarkan berkisah sendiri itulah yang pada akhirnya akan menjadi tokoh utama, sebab ialah yang lebih banyak tampil, membawakan berbagai peristiwa, serta berhubungan dengan tokoh-tokoh yang lainnya. Dengan demikian tokoh ”aku” cuman tampil sebagai saksi saja. Saksi terhadap berlangsungnya sebuah cerita yang ditokohi oleh orang lain. Tokoh ”aku” pada umumnya hanya tampil sebagai pengantar dan penutup cerita. 

    Contoh :
    Sekarang aku tinggal di Jakarta, kota metropolitan yang memiliki beribu-ribu kendaraan. Dulu, aku sempat menolak untuk dipindahkan ke ibukota. Tapi, pada kali ini aku sudah tidak kuasa untuk menghindar dari tugas ini. Ternyata, bukan aku saja yang mengalaminya. Teman asramaku yang bernama Andi, juga mengalami hal yang sama. Kami berdua sangatlah akrab dan berjuang bersama-sama dalam menghadapi kerasnya kota Jakarta.
  • Sudut Pandang Orang Ketiga Serbatahu

    Kisah cerita dari sudut ”dia”, namun pengarang atau narator dapat menceritakan apa saja hal-hal dan tindakan yang menyangkut tokoh ”dia” tersebut. Pengarang mengetahui segalanya.

    Contoh :
    Sudah genap 1 bulan dia menjadi pendatang baru di perumahan ini. Tapi, dia juga belum satu kali pun terlihat keluar rumah cuman untuk sekedar beramah-tamah dengan tetangga yang lain. “Apakah si pemilik rumah itu terlalu sibuk ya?” ungkap salah seorang tetangganya. Pernah 1 kali dia kedatangan tamu yang katanya adalah saudaranya. Memang dia adalah sosok introvert, jadi walaupun saudaranya sendiri yang datang untuk berkunjung, dia tidak menyukainya.
  • Sudut Pandang Orang Ketiga Pengamat
    Dalam sudut pandang ini berbeda dengan orang ketiga serbatahu. Pengarang hanya melukiskan apa yang dilihat, dialami, dipikir, dan dirasakan oleh tokoh tersebut, namun terbatas pada seorang tokoh saja.  

    Contoh:
    Entah apa yang telah terjadi dengannya. Pada saat datang, ia langsung marah. Memang kelihatannya ia mempunyai banyak masalah. Tapim kalau dilihat dari raut mukanya, mungkin tak hanya itu yang sedang ia rasakan. Tapi sepertinya dia juga sakit. Bibirnya tampak kering, wajahnya pucat, serta rambutnya kusut.
  • Amanat
    Amanat merupakan sebuah pesan dari seorang penulis atau pengarang cerita tersebut kepada pembaca agar pembaca dapat bertindak atau melakukan sesuatu.

- Unsur Ekstrinsik Cerpen

Unsur ekstrinsik cerpen merupakan sebuah unsur yang membentuk cerpen dari luar, berbeda dengan unsur intrinsik cerpen yang membentuk cerpen dari dalam. Unsur ekstrinsik cerpen tidak terlepas dari keadaan masyarakat saat dimana cerpen tersebut dibuat oleh pengarang. Unsur ini sangat memiliki banyak sekali pengaruh terhadap penyajian amanat ataupun latar belakang dari cerpen tersebut. Berikut ini unsur-unsur ekstrinsik cerpen :

1. Latar Belakang Masyarakat

Latar belakang masyarakat yaitu suatu pengaruh dari kondisi latar belakang masyarakat terhadap terbentuknya sebuah jalan cerita. Pemahaman tersebut dapat berupa pengkajian Ideologi negara, kondisi politik, sosial masyarakat, sampai dengan kondisi ekonomi pada masyarakat itu sendiri.

2. Latar Belakang Pengarang

Latar belakang pengarang dapat meliputi pemahaman pengarang terhadap sejarah hidup serta sejarah hasil karangan yang telah dibuat sebelumnya.

3. Biografi

Biografi biasanya berisikan tentang riwayat hidup pengarang cerita tersebut yang ditulis secara keseluruhan.

4. Kondisi Psikologis

Kondisi psikologis berisi tentang pemahaman kondisi mood ketika pengarang menulis kisah cerita tersebut.

5. Aliran Sastra

Aliran sastra seorang pengarang pastinya akan mengikuti suatu aliran sastra tertentu. Hal tersebut sangatlah berpengaruh terhadap gaya penulisan yang dipakai oleh pengarang dalam menciptakan sebuah kisah dalam cerpen tersebut.

Nilai-Nilai Yang Terkandung Dalam Cerpen :

Seperti halnya sebuah kisah tentunya cerpen mengandung nilai-nilai kehidupan yang dapat kita ambil sebagai contoh, diantaaranya adalah :
  1. Nilai agama : Berkaitan dengan pelajaran agama yang dapat dipetik dalam teks cerpen.
  2. Nilai Sosial : Berkaitan dengan pelajaran yang dapat dipetik dari interaksi sosial antara para tokoh dan lingkungan masyarakat dalam teks cerpen.
  3. Nilai moral : Nilai ini berkaitan dengan nilai yang dianggap baik atau buruk dalam masyarakat. Dalam cerpen nilai moral bisa berupa nilai moral negatif (buruk) atau nilai moral positif (baik).
  4. Nilai budaya : Nilai yang berkaitan erat dengan kebudayaan , kebiasaan, serta tradisi adat istiadat.

Contoh Cerpen Mini, Cerpen Ideal, Dan Cerpen Panjang Paling Lengkap
Contoh Tugas Lainnya :

Jenis-Jenis Cerpen :

Berdasarkan jumlah katanya Cerpen dibagi menjadi 3 jenis, diantaranya ialah :

1. Cerpen Mini (Flash), cerpen dengan jumlah kata yang berkisar antara 750 hingga 1.000 kata

Cerpen ini sering disebut cerita mini atau cermin. Cerpen jenis ini biasanya penulisannya to the point, tidak menggunakan penjelasan maupun deskripsi yang mendalam dan bertele-tele.

2. Cerpen Ideal, cerpen dengan jumlah kata yang berkisar antara 3000 hingga 4000 kata

Cerpen ini sesuai namanya, merupakan gambaran cerita pendek yang ideal, baik dari segi banyaknya kata serta bahasa dan isinya. Cerpen ideal memiliki bahasa da nisi yang mudah dipahami, sehingga diibaratkan jika cerpen ini dapat dibaca dalam sekali duduk atau kurang dari satu jam. Serta isinya tidak mudah terlupakan oleh pembacanya.

3. Cerpen Panjang, cerpen dengan jumlah kata yang mencapai 10.000 kata

Dalam beberapa definisi cerpen panjang dibatasi dengan jumlah kata sebanyak 10.000 kata atau sekitar delapan hingga sepuluh halaman, Namun pada nyatanya novel jenis ini banyak ditulis hingga melebihi 10.000 kata. Novel ini sangat populer di Eropa pada sekitar akhir abad ke-19 hingga abad ke-20. Cerpen dengan panjang lebih dari 10.000 kata sering dikategorikan pula sebagai novella atau novellet, karangan yang lebih pendek dari novel.

Berdasarkan teknik mengarangnya Cerpen dibagi menjadi 2 jenis, diantaranya ialah :

1. Cerpen Sempurna (well made short-story)

Cerpen ini ditulis dengan fokus pada satu tema yang memiliki plot yang sangat jelas serta ending yang mudah dipahami. Umumnya, cerpen jenis ini bersifat konvensional dan ditulis berdasarkan realita yang ada. Cerpen jenis ini mudah dibaca dan dipahami oleh pembaca awam sekali pun.

2. Cerpen Tak Utuh (slice of life short-story)

Cerpen ini tidak berfokus pada satu tema atau temanya terpencar-pencar. Alur yang digunakannya pun tidak terstruktur dan terkadang di buat mengambang oleh penulisnya. Umumnya cerpen jenis ini bersifat kontemporer, dan ditulis berdasarkan gagasan atau ide-ide orisinil dari pengarangnya, sehingga cerpen jenis ini juga biasa disebut dengan cerpen ide atau cerpen gagasan.

Pembaca awam akan susah memahami cerpen jenis ini, hingga harus dibaca berulang-ulang agar dapat dipahami sebagai mana mestinya. Bagi para pembaca awam, cerpen jenis ini juga disebut sebagi cerpen kental atau cerpen berat.

Berdasarkan aliran ceritanya Cerpen dibagi menjadi 9 jenis, diantaranya ialah :

1. Realisme

Aliran realism muncul sekitar abad ke-18. Aliran ini merupakan aliran dalam kesusastraan yang melukiskan suatu keadaan secara sesungguhnya. H. B. Jassin mendefinisikan aliran ini sebagai aliran yang mengambarkan karya senin seperti keadaan yang sebenarnya terlihat oleh mata.

Pengarang menempatkan dirinya sebagai pengamat yang objektif sehingga dalam menuliskan karyanya dibuat teliti, tanpa prasangka, tanpa bercampur dengan tafsiran subjektif, maupun memaksakan pandangan atau kehendaknya kepada pelaku atau tokoh maupun pembaca ceritanya.

Aliran ini bertolak belakang dengan aliran romantisme yang dianggap cengeng dan berlebihan oleh penganut aliran realis. Karya realisme banyak mengambil cerita atau gambaran dari masyarakat bawah, seperti kaum tani; buruh; gelandangan; pelacur; dan premanisme.

2. Impresionalisme

Impresionalisme berasal dari kata impesi yang berarti kesan. Berbeda dari aliran realisme, menurut J.S. Badudu, kaum penganut aliran impresionalisme tidak akan melukiskan hal-hal yang dilihatnya secara mendetail, namun hanya kesan pertama yang melekat dari penglihatan sang pengarang itulah yang akan diceritakan kembali oleh sang pengarang kepada pembacanya.

3. Naturalisme

Aliran ini dapat dikatakan sebagai cabang dari aliran realisme. Aliran naturalism cenderung menggambarkan hal apapun yang nyata dirasakan, tidak seperti aliran realism yang kebanyak berkutat tentang kehidupan sehari-hari.

Naturalisme lebih cenderung menggambarkan hal-hal buruk, jorok, bahkan berbau pornografis, namun aliran naturalisme juga melancarkan kritik sosial secara lebih tajam. Penganut aliran naturalism akan mengungkapkan aspek-aspek alam semesta yang bersifat fatalis dan mekanis, serta mementingkan gerak dan aktivitas manusia yang mewujudkan kebendaan maupun kehidupan moral yang rendah.

4. Neo-Naturalisme

Aliran ini merupakan bentuk aliran baru atau lanjutan dari aliran naturalism. Aliran ini menggabungkan aliran realism dengan naturalism, di mana aliran ini menggambarkan hal-hal buruk maupun kenyataan yang baik. Aliran ini muncul karena adanya ketidakpuasan terhadap aliran realisme yang dianggap tidak mampu menyatakan ekspresi jiwa pengarang serta ketidakpuasan terhadap aliran naturalisme yang dianggap kurang mengekspresikan hal secara ekstrim.

5. Determinisme

Determinisme berasal dari kata ‘to determine’ yang berarti menentukan. Aliran ini merupakan cabang dari aliran naturalisme. Aliran ini berpusat pada takdir, di mana menurut kaum determinisme, takdir merupakan suatu hal yang ditentukan oleh unsur biologis dan lingkungan.

J.S. Badudu menjelaskan, jika aliran ini akan memandang nasib sebagai bukan sesuatu yang ditentukan oleh Tuhan, melainkan nasib ditentukan oleh keadaan masyarakat sekitarnya. Aliran ini berpendapat jika ke-mlarat-an yang dialami seseorang, sifat jahat yang dimiliki seseorang, maupun sakit yang diderita seseorang bukanlah karena takdir Tuhan, melainkan karena pengaruh lingkungan.

6. Ekspresionalisme

Ekspresionalisme dijelaskan oleh H. B. Jassin merupakan suatu aliran di mana penganutnya mampu mengenali manusia hingga pikiran dan perasaan yang paling dalam, kesedihan dan kesengsaraan, ketinggian rasa susila, dan kerendahan hawa nafsu. Pada aliran ini, si pengarang seolah-olah masuk ke dalam tokoh-tokohnya, dan aktif di dalam jiwa tokoh tersebut Aliran jenis ini. Menjadikan pengarang sebagai pemain yang subjektif, yang turut menyatakan apa yang menjadi dirinya, pada setiap cerita  yang ia tuliskan.

7. Romantisme

Aliran romantisme memfokuskan pada perasaan. Romantisme kadang dianggap sebagai penyakit kaum muda yang belum banyak mengecap pahit-manis kehidupan, di mana mereka lebih sering mengukur segalanya dengan intuisi dan perasaan tanpa melibatkan otak. Aliran romantisme sangat mementingkan penggunaan kata-kata indah, serta pengandaian atau awang-awang di alam mimpi.

Karya romantisme ada jenis yang cengeng, yang melukiskan kegalauan jiwa remaja yang berlagu tentang bahagia romansa seakan dunia hanya milik berdua, berlarian di taman bunga yang indah dipayungi awan dan pelangi yang menghiasi. Namun, ada pula jenis romantisme dewasa yang dibalut dengan pengalaman dan pengetahuan yang mampu melahirkan karya sastra mengharukan, seperti “Romeo dan Juliet” karya Shakespeare serta “Les Mirables” karya Victor Hugo.

8. Idealisme

Aliran ini didefinisikan oleh Sabarudin Ahmad, sebagai aliran romantisme yang mendasarkan cita-cita ceritanya, bertumpu pada cita-cita atau ide si penulis semata. Pengikut aliran ini akan memandang jauh ke depan, ke masa mendatang dengan segala kemungkinan, yang diharapkan akan terjadi.

Karya aliran ini umumnya indah dan menawan, salah satu contohnya adalah penciptaan tokoh Tuli dalam cerpen Layar Terkembang yang diceritakan mampu mewujudkan cita-citanya untuk mengangkat harkat markabat kaum wanita seperti yang dicita-citakan R. A. Kartini. Karya lain yang tergolong aliran idealisme antara lain “Pertemuan Jodoh” karya Abdul Muis serta “Siti Nurbaya” karya Marah Rusli.

9. Surealisme

Aliran ini muncul di Perancis dalam rentang Perang Dunia Pertama dan Perang Dunia Kedua. Tokoh aliran ini berusaha menggambarkan suatu dunia mimpi tanpa mengarahkan maksudnya, sehingga pembaca didorong untuk memberikan penafsiran mereka sendiri–sendiri.

Penggambaran cerita dalam aliran surealisme umumnya melompat-lompat sehingga sulit untuk dipahami. Pembaca dituntut mampu menyatukan sendiri tata bahasa, pemikiran, serta logika yang ditampilkan secara acak oleh pengarang di dalam karya surealismenya.

Beberapa Contoh Jenis Cerpen Berdasarkan Jumlah Katanya :

Dalam dunia pendidikan terutama pendidikan yang berbau sastra (Bahasa), tidak jarang guru di kelas memberikan tugas kepada siswa dan siswinya, untuk membuat karangan bebas berupa Cerpen atau Cerita Pendek. Dan disini kita akan membagikan untuk Anda sekalian, beberapa contoh jenis Cerpen berdasarkan jumlah katanya, yang dapat Anda gunakan sebagai bahan belajar untuk dapat lebih memahami, tentang bagaimana cara membuat sebuah Cerpen yang baik dan benar. Berikut ini ulasannya :

1. Cerpen Mini (Flash)


File Preview :


Download Disini :

Download Contoh Cerita Pendek (Cerpen) Mini (Flash).docx

2. Cerpen Ideal


File Preview :


Download Disini :

Download Contoh Cerita Pendek (Cerpen) Ideal.docx

3. Cerpen Panjang

File Preview :


Download Disini :

Download Contoh Cerita Pendek (Cerpen) Panjang.docx

Teknik Menulis Cerita Pendek :

1. Paragraf Pertama Yang Mengesankan

Paragraf pertama merupakan kunci pembuka. Cerita pendek merupakan karangan pendek, paragraph pertama dapat langsung masuk pada pokok persoalan, dan bukannya melantur pada hal-hal yang klise apalagi bila kemudian terkesan menggurui. Hal tersebut tentunya hanya menimbulkan kebosanan dan rasa apatis bagi pembacanya.

2. Menggali Suasana

Melukiskan suatu latar kadang-kadang memerlukan detail yang agak apik dan kreatif. Penggambaran suasana yang biasa-biasa dan sudah dikenal umum tidak akan menarik bagi pembaca. Jika hendak melukiskan keadaan kota Jakarta dengan gedung-gedung yang tinggi, kesemerawutan lalu lintas, dan keramain kotanya, penggambaran itu tidaklah menarik.

Karena penggambaran tersebut bukan merupakan hal yang baru. Akan tetapi, bila melukiskan keadaan kota Jakarta dengan mengkaitkannya pada suasana hati tokoh ceritanya penggambaran itu lebih menyentuh pembacanya.

3. Menggunakan Kalimat Efektif

Kalimat efektif adalah kalimat yang langsung memberikan kesan kepada pembacanya. Dengan menggunakan kalimat efektif, pembaca diharapkan dapat lebih mudah menangkap maksud dari setiap bagian cerita hingga tamat.Selain menggunakan kalimat efektif pengarang juga dituntut untuk memiliki kekayaan kosakata dan gaya bahasa agar cerita yang dibuatnya dapat mengalir dengan lancer dan tidak kering serta membosankan.

4. Menggerakkan Tokoh (Karakter)

Dalam cerita selalu ada tokoh. Tokoh-tokoh yang hadir senantiasa bergerak secara fisik atau psikis hingga terlukis kehidupan yang sama dengan kehidupan sehari-hari.

5. Fokus Cerita

Dalam cerita pendek, segala bentuk harus berfokus pada satu persoalan pokok.

6. Sentakan Akhir

Cerita harus diakhiri apabila persoalan sudah dianggap selesai. Kecenderungan cerita-cerita mutkhir adalah sentakan akhir yang membuat pembaca ternganga dan penasaran. Yang jelas, teks cerita pendek sudah berakhir sebagaimana dikehendaki pengarangnya.

Fungsi Sastra Dalam Cerpen Dibagi Dalam Lima Golongan, Diantaranya Ialah : 
  1. Fungsi rekreatif, yaitu memberikan rasa senang, gembira, serta menghibur para penikmat atau pembacanya.
  2. Fungsi didaktif, yaitu mengarahkan dan mendidik para penikmat atau pembacanya karena nilai-nilai kebenaran dan kebaikan yang terkandung didalamnya.
  3. Fungsi estetis, yaitu memberikan keindahan bagi para penikmat atau para pembacanya.
  4. Fungsi moralitas, yaitu fungsi yang mengandung nilai moral sehingga para penikmat atau pembacanya dapat mengetahui moral yang baik dan tidak baik bagi dirinaya.
  5. Fungsi relegiusitas, yaitu mengandung ajaran agama yang dapat dijadikan teladan bagi para penikmatnya atau pembacanya.

Bagi Anda yang tidak hanya mencari contoh Cerpen yang baik dan benar, tetapi juga sedang mencari mulai dari Pengertian Cerpen, Struktur Cerpen, Ciri-Ciri Cerpen, Unsur-Unsur Cerpen, Nilai-Nilai Cerpen, Jenis-Jenis Cerpen, dan Fungsi Sastra dalam Cerpen, silahkan Anda mendownload file lengkapnya melalui link download yang telah kami sediakan di bawah ini :

File Preview :


Download Disini :

Download File Penjelasan Tentang Cerita Pendek (Cerpen) Lengkap.docx

Itulah ulasan mengenai Pengertian, Ciri-ciri, Jenis-jenis, beserta contoh Cerita Pendek (Cerpen). Semoga apa yang telah kami sampaikan melalui ulasan ini, dapat bermanfaat untuk Anda baik sebagai bahan pembelajaran dan pemahaman, serta sebagai contoh untuk pembuatan tugas yang diberikan oleh guru di kelas Anda. 

Sumber : http://gopengertian.blogspot.co.id/2015/09/pengertian-cerpen-ciri-ciri-struktur-unsur-intrinsik-unsur-ekstrinsik.html
Share:

Sample Text

Copyright © kurikulum-pendidikan1.blogspot.com | Powered by Blogger Distributed By Protemplateslab & Design by ronangelo | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com